Senin, April 27, 2009

KENAPA HARUS MANHAJ SALAF?

Tidak bisa dipungkiri bahwa kaum muslimin telah terpecah menjadi beberapa kelompok-kelompok dan golongan yang berbeda-beda, realita semancam ini terkadang menjadi pertanyaan pada diri kita. Siapakah diantara golongan-golongan tersebut yang benar dan sesuai dengan syari’at Islam? Namun apabila bila kita cermati dengan seksama ternyata terpecahnya kaum muslimin tersebut berangkat dari pemahaman yang berbeda, sehingga karena perbedaan pemahaman itulah muncul kelompok-kelompok yang disesuaikan dengan kepentingan masing-masing kelompok. Memang benar, masing-masing kelompok tersebut mengatasnamakan di atas Al Qur’an dan As Sunnah, akan tetapi yang menjadi pertanyaan apakah pengakuan mereka di atas Al Qur’an dan As Sunnah tersebut diatas pemahaman yang benar? Ternyata tidak, sebab ada diantara kelompok-kelompok tersebut yang memahami Al Qur’an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman gurunya, atau ustadnya, atau kyainya, atau sesuai dengan pemahaman kepentingan kelompoknya.
Nah, kalau masing-masing kelompok membangun pemahamannya sesuai dengan keinginan dirinya maka tidak mustahil akan berdirilah kelompok-kelompok yang banyak. Oleh karena itu pemahaman siapakah yang harus diikuti sehingga kaum muslimin bisa bersatu dan berjalan di atas kebenaran?

Pada dasarnya telah banyak dalil-dalil dari Al Qur’an maupun As Sunnah yang menyuruh kaum muslimin untuk mengembalikan pemahaman mereka kepada pemahaman para sahabat, karena merekalah orang-orang yang telah dipilih oleh Alloh untuk menemani Rasululloh Sholallohu’alaihiwassalam. Berikut beberapa dalil yang disebutkan oleh pengarang kitab Limaadza Ikhtortu Manhaj Salaf karya Syaikh Salim bin Ied Al Hilal Rahimakumulloh.
1. Alloh Ta’ala berfirman :
Artinya : “Orang-orang terdahulu lagi yang mengikuti-tama masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Alloh ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada Alloh dan Alloh menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya, itulah kemenangan yang besar”. (QS…………….)
Sisi pendalilan : Alloh Ta’ala memuji orang-orang yang mengikuti sebaik-baiknya manusia (para sahabat), maka dapatlah diketahui bahwasannya mereka apabila mengucapkan suatu ucapan kemudian diikuti oleh suatu pengikut, maka pengikut tadi akan menjadi terpuji dan berhak mendapatkan keridhoan. Oleh sebab itu kalau mengikuti mereka (para sahabat) tidak ada bedanya dengan mengikuti selain mereka, maka tentu tidak akan berhak mendapatkan pujian serta keridhoan dari Alloh.
2. Firman Alloh Jalla Tsanaauhu :
Artinya : “Kalian adalah sebaik-baiknya umat yang dikeluarkan untuk manusia, memerintahkan kepada yang baik dan mencegah kemungkaran serta beriman kepada Alloh”. (QS. Ali Imron : 110)
Alloh Ta’ala telah menetapkan keutamaan bagi mereka atas seluruh umat, yang demikian itu karena istiqomahnya mereka di atas segala keadaan, serta mereka tidak menyimpang dari jalan yang suci (putih). Sungguh Alloh telah memberikan persaksian bahwa mereka adalah orang-orang yang memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, dengan demikian merupakan suatu kewajiban behwa pemahaman mereka (para sahabat) adalah hujjah (dalil) bagi orang-orang sesudahnya hingga Alloh mewariskan bumi dan seisinya pada mereka.
Kemudian apabila dikatakan bukankah ayat tadi bersifat umum tidak dikhususkan hanya untuk generasi sahabat tanpa orang-orang setelahnya, maka saya katakan : “Merekalah (para sahabat) orang yang pertama-tama disapa, dan tidaklah masuk pada golongan mereka yang mengikuti dengan baik kecuali dengan kias atau suatu dalil.
3. Rasululloh Sholallohu’alaihiwassalam bersabda :
Artinya : “Sebaik-baik manusia adalah yang hidup dimasaku, kemudian orang-orang setelah mereka kemudian setelah mereka, kemudian akan datang suatu kaum yang persaksiaan mereka mendahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiaannya”. (HR. Bukhori, Muslim dalainnya)
Apabila kebaikan yang disebutkan dalam hadits tadi karena keutamaan warna kulit mereka, jasad-jasad mereka, harta-harta mereka atau yang lainnya, tidak diragukan lagi bagi orang yang paham Al Kitab dan As Sunnah bahwa kebaikan yang dimaksud adalah karena ketaqwaan mereka kepada Alloh Ta’ala. Hal ini sebagaimana firmannya :
Artinya : “Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Alloh adalah orang-orang yang paling bertaqwaan”. (QS. Al Hujurat : 13)
Rasululloh Sholallohu’alaihiwassalam juga bersabda :
Artinya : “Sesungguhnya Alloh tidak melihat pada rupa-rupa kalian juga tidak pada harta-harta kalian akan tetapi Alloh melihat kepada hati-hati kalian dan amal-amal kalian”. (HR. Muslim)
Dari Adbulloh bin Mas’ud Rahimakumulloh beliau berkata :
Artinya : “Sesungguhnya Alloh melihat hati hamba-hambaNya, maka didapatkan hati Rasululloh Sholallohu’alaihiwassalam sebaik-baik hati hamba-Nya. Kemudian melihat kepada hati-hati hamba yang lain setelah Muhammad Sholallohu’alaihiwassalam maka didapatkan hati-hati para sahabat sebaik-baiknya hati manusia, kemudian Alloh jadikan para sahabat sebagai menteri (pengikut-pengikut setia) nabi-Nya. Mereka (para sahabat) berperang dijalan Alloh, maka apa yang dipandang oleh kaum muslimin (para sahabat) suatu kebaikan maka itupun juga kebaikan disisi Alloh. Dan apa yang dipandang oleh kaum muslimin (para sahabat) suatu kejelekan maka itupun juga kejelekan disisi Alloh”. (HR. Ahmad dan Thoyaksi)
4. Alloh Ta’ala berfirman :
Artinya : “Dan demikianlah pula kami jadikan kalian umat yang tengah-tengah agar kalian menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan kamu”. (QS. Al Baqoroh : 143)
Alloh Tala’a telah menjadikan mereka orang-orang pilihan dan mereka adalah seutama-utamnya umat yang paling lurus perkataannya, amalannya dan pengikutannya kepada Sunnah Nabi Sholallohu’alaihiwassalam oleh karena itu mereka berhak untuk menjadi saksi atas manusia, dan Alloh melebihkan mereka, mengangkat derajat dengan penyebutan mereka, memuji mereka, menerima mereka dengan baik.
Dan perlu diketahui bahwa saksi yang diterima disisi Alloh adalah saksi yang bersaksi dengan ilmu, kejujuran, dan menyampaikan kebenaran yang didasarkan kepadanya ilmunya, sebagaimana firman Alloh :
Artinya : “Kecuali orang yang bersaksi dan mereka mengetahui”. (QS. Az Zukhruf : 86)
Apabila persaksian mereka diterima dengan di sisi Alloh maka tidak diragukan lagi bahwa pemahaman mereka dalam agama ini akan menjadi hujjah (dalil) orang-orang yang datang setelahnya, karena ayat tadi menunjukkan hal yang demikian secara mutlak.

0 komentar:

Posting Komentar