Senin, Mei 03, 2010
BENARKAH ANDA BERMADHZAB SYAFI'I ?
Imam Asy-Syafi’i Rahimakumulloh adalah seorang ulama besar dan ternama, beliau adalah satu dari empat imam besar yang ilmunya telah dibukukan oleh para sahabat dan murid-murid mereka sehingga menjadi madzhab-madzhab yang dianut dan diikuti . Kemasyhuran Imam Syafi’i telah tersebar di penjuru dunia, hingga jutaan kaum muslimin di negara-negara Islam, seperti Irak, Hijaz, Negeri Syam, Mesir, Yaman dan Indonesia bermadzhab dengan madzhabnya.
Kemudian bagaimana riwayat hidup beliau...
Pada umumnya mayoritas kaum muslimin di Asia Tenggara dan pada khususnya di negeri tercinta ini mengaku bermadzhab Syafi’i dalam masalah furu’( fikih/hukum), dan hanya sedikit dari mereka yang berada di atas madzhab Syafi’i dalam masalah ushul (aqidah dan prinsip-prinsip agama). Ironisnya ini menjadi realita yang merata pada hampir semua elemen ummat muslim, baik dari kalangan tokoh agama maupun orang awam. Itupun dalam masalah furu’ kita jumpai kebanyakan mereka tidak memahami dari madzhabnya kecuali masalah “ menyentuh wanita membatalkan wudhu “. Bahkan seandainya isterinya sendiri yang menyentuhnya walaupun tidak sengaja, maka ia sangat marah sembari berteriak : “Sungguh kamu telah membatalkan wudhu’ ku,!”. Namun coba Anda tanya, tentang siapakah sebenarnya Imam Asy-Syafi’ itu, siapa nama lengkapnya, bagaimanakah madzhab beliau yang sesungguhnya dalam masalah ushul dan furu’, niscaya sebagian besar mereka tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan, mereka ternyata tidak mengenal tokoh tersebut , dalam hal aqidah, mereka menyelisihi aqidah Imam Asy-Syafi’i, dan dalam hal furu’ mereka tidak mengerti dari madzhab beliau kecuali sedikit masalah saja.
Biografi Singkat Imam Syafi’i Rahimakumulloh
Nama dan Nasab
Imam Syafi’i bernama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Idris asy-Syafi’i al-Qurasyi al-Muthollibi. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah Sholallohu’alaihiwasalam pada diri ‘Abdu Manaf bin Qushay. Dengan begitu, beliau masih termasuk sanak kandung Rasulullah Sholallohu’alaihiwasalam karena masih terhitung keturunan paman-jauh beliau, yaitu Hasyim bin al-Muththalib.
Waktu dan Tempat Kelahirannya
Beliau lahir di Gaza (Sebuah kota yang terletak di perbatasan wilayah Syam ke arah Mesir. Tepatnya di sebelah Selatan Palestina. Jaraknya dengan kota Asqalan sekitar dua mil). pada tahun 150 H/767M. Pada tahun itu pula, Imam Abu Hanifah Rahimakumulloh wafat sehingga dikomentari oleh Imam Hakim Rahimakumulloh sebagai isyarat bahwa beliau adalah pengganti Abu Hanifah dalam bidang yang ditekuninya.
Pertumbuhannya dan Pengembaraannya Mencari Ilmu
Di salah satu perkampungan kota Mekkah, Syafi ‘i Rahimakumulloh menghafal al-Qur’an di Kuttab (sekolah tempat menghafal al-Qur’an) pada seorang Syaikh yang rela mengajarnya tanpa memungut biaya sepeserpun dikarenakan takjub akan kecerdasan Syafi’i dan kecepatan hafalannya. Kelebihan itu pula yang menyebabkannya segera diangkat sebagai pengganti Syaikh (mengawasi murid-murid lain) jika sang guru berhalangan .
Setelah rampung menghafal al-Quran di Kuttab, beliau Rahimakumulloh kemudian beralih ke Masjidil Haram untuk menghadiri majelis-majelis ilmu di sana. Sekalipun hidup dalam kemiskinan, beliau Rahimakumulloh tidak berputus asa dalam menimba ilmu. Beliau Rahimakumulloh mengumpulkan pecahan tembikar, potongan kulit, pelepah kurma, dan tulang unta untuk dipakai menulis. Sampai-sampai tempayan-tempayan milik ibunya penuh dengan tulang-tulang, pecahan tembikar, dan pelepah kurma yang telah bertuliskan hadits-hadits Nabi Sholallohu’alaihiwasalam. Dan itu terjadi pada saat beliau Rahimakumulloh belum mencapai usia baligh. Dihikayatkan bahwa beliau Rahimakumulloh telah menghafal al-Quran pada saat berusia 7 tahun, lalu membaca dan menghafal kitab al-Muwaththa’ karya Imam Malik Rahimakumulloh pada usia 12 tahun sebelum beliau berjumpa langsung dengan Imam Malik Rahimakumulloh di Medinah. Beliau Rahimakumulloh juga tertarik mempelajari ilmu bahasa Arab dan syair-syairnya. Beliau Rahimakumulloh memutuskan untuk tinggal di daerah pedalaman bersama suku Hudzail yang telah terkenal kefasihan dan kemurnian bahasa dan keindahan syair-syair mereka. Kepiawaiannya juga nampak pada kemampuannya menghafalkan nasab orang-orang Arab, suatu hal yang kemudian banyak dipuji oleh ahli-ahli bahasa Arab yang pernah berjumpa dengannya dan yang hidup sesudahnya. Namun, takdir Allah e berkata lain. Setelah mendapatkan nasehat dari dua orang ulama, yaitu Muslim bin Khalid az-Zanji Rahimakumulloh-mufti kota Mekkah-, dan al-Husain bin ‘Ali bin Yazid Rahimakumulloh agar mendalami ilmu fiqih, maka beliau pun tersentuh untuk mendalaminya dan mulailah beliau Rahimakumulloh melakukan pengembaraannya mencari ilmu.
Sama seperti ulama-ulama lain beliau Rahimakumulloh tergolong Ulama’ Rahhal (yang banyak melakukan rihlah dalam menuntut ilmu). Selain berguru pada Ulama lokal (Mekkah), Negeri-negeri yang manjadi gudang ilmu saat itu telah disambanginya Medinah, Yaman, Iraq (Baghdad), dan Mesir. Dan diantara yang paling berkesan tentunya adalah saat beliau menimba ilmu di Daarul-Hijrah/Medinah tempat domisili Imam Malik bin Anas Rahimakumulloh, penyusun al-Muwaththa’ . Di hadapan Imam Malik Rahimakumulloh, beliau Rahimakumulloh membaca al-Muwaththa’ yang telah dihafalnya di Mekkah, hingga membuat sang Imam kagum akan kekuatan hafalannya. Beliau Rahimakumulloh menjalani mulazamah kepada Imam Malik Rahimakumulloh demi mengambil ilmu darinya sampai sang Imam wafat pada tahun 179 H.
Keteguhannya membela Sunnah
Pergaulan beliau Rahimakumulloh dengan Ulama Ahli hadits sangat berpengaruh pada manhaj (metodelogi) penyusunan ilmu dan pengambilan keputusan hukum (istimbath) ditengah-tengah pengaruh ahli ro’yu (yang menolak sunnah karena bertentangan dengan akal). Pengagungan beliau Rahimakumulloh terhadap dalil-dalil al-Qur’an dan Sunnah menjadikan beliau sosok ulama yang ‘garang’ dalam membela sunnah dan memberantas bid’ah dan membantah para pembelanya sehingga sangat pantas beliau Rahimakumulloh menyandang gelar Nashirus Sunnah wal Hadits (pembela ajaran sunnah).
Mutiara hikmah Imam Syafi’i Rahimakumulloh
Berikut ini adalah petikan ucapan-ucapan beliau tentang keagungan sunnah Rasulullah Sholallohu’alaihiwasalam . Nampak begitu jelas beliau antipati terhadap perilaku taklid sebagian besar yang mengaku bermadzhab Syafi’i, sehingga selain perkataan Nabi n jika bertentangan dengannya harus ditinggalkan tanpa memandang ketokohannya.
“ Kaum Muslimin telah sepakat bahwa barangsiapa yang telah jelas baginya satu sunnah dari Rasulullah Sholallohu’alaihiwasalam Maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena (mengikuti) pendapat orang lain “.
“ Jika engkau dapati dalam bukuku (pendapat) yang menyelisihi sunnah Rasulullah Sholallohu’alaihiwasalam, maka berpendapatlah dengan sunnah Rasulullah Sholallohu’alaihiwasalam , dan tinggalkanlah pendapatku “.
“ Apabila sebuah hadits telah terbukti shohih, maka itu adalah madzhabku “
“ Apabila kalian melihatku menyatakan suatu pendapat, padahal ia bertentangan dengan (hadits) shohih dari Nabi n, maka ketahuilah bahwa sungguh aku telah kehilangan akalku “
“ Setiap masalah yang telah sah padanya hadits dari Rasulullah Sholallohu’alaihiwasalam menurut para ahlinya, namun ia bertentangan dengan pendapatku, maka aku menyatakan ruju’ dari pendapatku itu ketika aku masih hidup maupun setelah aku meninggal “ (Kelima atsar diatas tercantum dalam kitab Sifat Sholat Nabi hal 50-52 karya Syaikh Albani Rahimakumulloh)
“ Setiap orang yang berbicara berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah, maka itulah bicara yang sungguh-sungguh/benar dan yang (berbicara) selain keduanya hanya igauan belaka ”( Siyar A’lamin Nubala’ 10/20 karya Imam Dzahabi Rahimakumulloh)
“ Saya menginginkan orang-orang mempelajari ilmu ini (yakni kitab-kitab beliau), lalu mereka tidak menisbatkannya sedikitpun kepadaku “ (Siyar A’lamin Nubala’ 10/29)
“ Selain al-Qur’an, semua ilmu itu hanya menyibukkan
Kecuali hadits dan ilmu fikih tentang agama
Ilmu itu yang ada ucapan “ hadatsana”( ilmu sanad dan rawi )
Yang selain itu hanya was-was dari syaitan “. (Diwan Imam Syafi’i 1/116)
Wafatnya
Penyakit wasir yang semakin parah menjadi penyebab kepergian beliau untuk selamanya. Pada malam Jumat setelah shalat Isya’ hari terakhir bulan Rajab permulaan tahun 204 H/819 M beliau menghadap Sang Kholiq di usia 54 tahun. Semoga Allah Ta’ala merahmati beliau dengan keluasan rahmat-Nya.
Rabi bin Sulaiman al-Muradi Rahimakumulloh ( sahabat dan murid senior beliau) menyampaikan bahwa dia telah bermimpi melihat Imam Syafi’i Rahimakumulloh sesudah wafatnya. Dia bertanya kepada beliau, “Apa yang telah diperbuat Allah kepadamu, wahai Abu Abdillah?” Beliau menjawab, “Allah mendudukkan aku di atas sebuah kursi emas dan menaburkan pada diriku mutiara-mutiara yang halus. ” (Tarikh Dimasyq 51/435 karya Imam Ibnu Asakir Rahimakumulloh ).
Karya Ilmiyahnya
Menurut Yaqut al-Hamawi Rahimakumulloh jumlah kitab karangan beliau mencapai 174 kitab yang judul-judulnya disebutkan oleh Ibnu Nadim dalam al-Fahrasat. Yang paling terkenal di antara kitab-kitabnya adalah al-Umm, yang terdiri dari 4 jilid berisi 128 masalah, dan ar-Risalah al-Jadidah (yang telah direRahimakumullohisinya) mengenai al-Quran dan Sunnah serta kedudukannya dalam syariat.
Semoga tulisan ini dapat menyadarkan orang-orang yang fanatik terhadap beliau, mengaku
bermadzhab syafi’i tapi menyelisihi prinsip-prinsip beliau dalam beragama. Wallaahul Muwaffiq Ibnu Abdi Robbih
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar